Panduan POSTING di Wall Group! (Is it Sharing or Gossiping?)

Thinking that there are quite many of us who still confuse our group discussion board with their diary, so it seems like it's rather necessary to give few guidelines to differenciate between sharing experience/problem to find solution or useful information with gossiping and finding some cheerleaders to condemn persons they don't like :-D. 

Bedanya berbagi pengalaman dan curhatan:
1. Saya abis ngurus dokumen A di kantor A. Kok saya disuruh bayar sekian? Saya harus bagaimana? Berapa biaya asli pengurusan dokumen? ==> Bertanya.

2. Saya sudah selesai mengurus dokumen B di kantor C. Capek, beberapa kali bolak-balik, tapi sudah kelar. Saran saya jika anda ngurus ini, supaya tidak bolak-balik seperti saya, abcde.... ==> Berbagi pengalaman.
1 dan 2 ini termasuk relative "aman". 

Kalau ini:
1. Saya abis mudik, saya kok beberapa kali diketusin ya sama pramusaji? Apakah mereka memang memandang sebelah mata dengan wanita Indonesia yang menikah sama orang asing? ==> Curhat, nanya, curious. 
2. Pas mudik, saya kayak alien, nggak ngerti bahasa Indonesia! Ada istilah cabe-cabean, terong-terongan. ==> Protes, curious. 
3. Saya punya anak tiri, dan saya sudah berusaha mendekatinya tapi kok ya susah banget. Adakah yang bisa bantu kasih tips untuk mendekati anak tiri?

4. Mertua saya dan keluarganya tidak begitu welcome sama saya. Dikira saya ini orang asia yang cuma mau hidup enak. Adakah yang bisa kasih tips untuk memenangkan hati mereka?
5. Saya dulu tulang punggung keluarga. Sejak menikah saya jadi tidak bisa lagi melakukannya. Gimana caranya menjelaskan ini pada keluarga saya tanpa membuat mereka tersinggung atau kecewa? Adakah yg pernah ngalamin ini dan bisa bantu kasih tips atau solusi lain yang masuk akal? Saya ngga keberatan bekerja lagi disini biarpun kerja kasar, supaya masih bisa nyenengin keluarga di indonesia. Tapi gimana caranya yang enak untuk kasih pengertian kepada suami soal ini? Suami sulit mengerti budaya saling membantu dalam keluarga di indonesia.. disini yang namanya keluarga yang terpenting dan jadi tanggung jawab itu cuma keluarga inti: suaami, istri, dan anak-anak.

==> Postingan 1-5 tersebut sama nilainya dengan postingan orang yang nanya: "Apa ya yang bisa dipakai sebagai pengganti Labu siam? Saya mau masak ngga nemu labu nih.? Atau, "Kulit saya pecah-pecah, udah pake lotion ganti-ganti nggak mempan juga, ada yang ngalamin ini nggak waktu pindah ke eropa? Apa ya solusinya?"Nomor 1-5 semua masih masuk akal selama kalimatnya berhenti sampai disitu (kurang lebihnya), tanpa harus dijabarkan dengan detail yang bisa mendiskreditkan reputasi orang lain apalagi keluarga sendiri. Ini emang curhat, sharing problem, tapi ada tujuan yang jelas. Si pemosting ingin mencari solusi atas masalahnya dan itu wajar.  Jika masalah tidak selesai pernikahan bisa bubar, jadi tentu saja ini relevan  untuk dibahas. Walaupun tetap harus diingat, bahwa jika sampai ada komentar2 yang tidak fokus maka akan kami delete komentarnya, dan kalau tidak bisa diingatkan maka seluruh postingan akan kami hapus. Sayang sekali kan, karena itu sebenarnya juga bisa berguna bagi orang lain yang bermasalah sama. 

Postingan 1-5 tersebut jelas tidak bisa disamakan dengan yang berikut ini:
1. Ibu-ibu, suami anda malas nggak? Suami saya pegang lap aja nggak mau. ==> Ini murni curhat. 
2. Anda punya teman Indonesia yang suka menjelek-jelekkan anda di belakang? Saya ada tuh yang begitu... (dst sampai ada screenshot segala kalau perlu).==> Ini bukan hanya curhat tapi udah bergosip. 

3. Ibu-ibu, kalian pernah nggak ketemu orang yang suka pamer, padahal belum tentu juga dah lunas...kali aja kredit... kalau bergaul maunya geng-gengan, cuma mau sama yang glamour saja...ih Amit-amit deh sok-nya... menurut kalian gimana ya ngadepin yang begini? ==> Nah lho ini maunya apa, nanya apa nanya :-D?
4. a. Jangan foto-foto seksi yang kelewat batas kalau ngga mau keluarga di indonesia malu, Keluarga mungkin ngga punya fesbuk tapi tetangga dan teman mereka kan bisa aja liat.. Kasihan ortu kita
    b. Jangan add orang sembarangan, bahaya. Nanti bla bla bla... Saya pernah bla bla bla...

    c. Di Indonesia banyak cewek ngejar bule, ati-ati ibu-ibu ==>Ini juga Nyampah
5. Posting link tentang berita kriminal yang dilakukan orang terhadap anak sendiri lalu caption: "Orang tua macam apa ini? Semoga masuk neraka tingkat tujuh!" ==> Nyampah. 


Nomor 1 ini curhatnya lebay. Lah, tujuannya apa? Banding-bandingin suami masing-masing kah? Siapa lebih disayang suami dan siapa punya suami jahat? Ingat, gimanapun itu pilihan anda, belahan jiwa anda. Aibnya adalah aib anda juga. Jika anda salah pilih suami, maka sebagian dari kesalahan itu juga ada ditangan anda sendiri ;).
Di postingan begini tidak ada niat untuk nyari solusi kecuali cuma ngomongin kekurangan suaminya.
Nomor 2-3 intinya cuma curcol, dan mengundang minat yang lain untuk ikutan venting, padahal jika anda tinggal di kota yang banyak imigran Indonesia, kemungkinan orang yang anda kata2in itu ada juga di grup, atau kenal dengan seseorang di grup. Bisa perang baratayudha itu ntar karena bela-belaan.
Dan masak sih gitu aja pake harus didiskusikan. Semua orang yang waras juga pasti ngga suka dengan sifat semacam itu. Bukankah itu batasnya adalah norma sosial yang wajar? Ngga ditimur ngga dibarat sama aja deh kayanya.
Ngga ada orang suka temenan sama orang bersifat begitu kan? Tapi kalau memang ada yang suka ya kan itu urusan masing-masing. Emang perlu ya ngajarin orang untuk nyeleksi teman? Kriteria masing2 orang kan ngga sama. Apa yang bisa disebut
 glamour dan sok itu relatif banget lho... Ini sih sudah termasuk pembentukan OPINI secara sepihak.
Nomor 4a&b.  Yang benar aja deh, masa gitu aja perlu diajarin sih? Emangnya anak kecil?
Nomor 4c.  Ini juga basi... rahasia umum kayanya deh. Dan gimana menjaga pasangan masing-masing, benarkah ada yang merasa perlu diajari :-D?


Nomor 1, 2, 3, 4c dan 5 ini tujuannya apa? Buat venting? Ngamuk2 doank? Kalau ngamuk, nyindir, itu juga hobi saya, tapi di timeline saya sendiri. Kalau di grup yang tidak ada hubungannya dengan kasus terkait, tujuannya buat apa? Hanya akan ada hujatan2 di thread. Jika tujuannya untuk "sign the petition" atau "to raise awareness", atau ajakan untuk menyumbang, bagus. Ini masih bisa dimengerti tujuannya, setidaknya ngga cuma asal ngamuk.. tapi ada unsur informasi dan tawaran solusi.
Lihat-lihat dulu lah, kasusnya apa, motivasinya apa dan postingnya di grup apa. 


So... diatas itu sedikit ulasan tentang contoh-contoh postingan yang relatif aman, tetapi jika mulai ada yang tidak fokus bisa kami hapus, juga postingan yang sama sekali tidak layak tampil.
Alangkah sangat menyenangkan andai saja kalian bisa menaatinya dengan penuh kesadaran tanpa harus menunggu didelete. Tolong fikirkan bahwa kami ini juga punya banyak kerjaan, jadi akan sangat membantu kalau penduduknya bisa kerja sama menjaga kenyamanan grup dengan sendirinya :).
Proses approval member baru saja sudah makan banyak waktu... 60 orang perhari itu rata-ratanya yang harus di screening, bayangin coba hehe.
Masukan member dan laporan selalu kami terima, karena bantuan anda untuk menjaga wall tetap bersih sangat kami harapkan. Tapi harap dimengerti bahwa keputusan selalu ada pada admin. Kami tidak bisa memenuhi keinginan semua orang sedangkan standar penilaian orang itu tidak sama. Tapi kritik dan masukan akan selalu jadi pertimbangan kami untuk mengambil keputusan.


Terimakasih banyak ya... Sisanya mohon difikirkan sendiri secara analog... You can do it if you want ;).

Wasalam
by: Ana Kiwitter

NOTE: Tulisan saya rangkum dari masukan Sdri. Ika S. Carey, beberapa member lain yang pernah complain via Private Message kepada saya yang tidak bisa disebut namanya karena alasan "Datenschutzrecht", berikut tambahan dari saya sendiri. Semoga bermanfaat.

A-Z: Secangkir kopi, internet dan tim admins

Secangkir kopi dan koneksi internet ... basis awal menjadi penghubung jaringan kerja kami yang bermula di jaringan sosial Facebook. Site yang diprakarsai Inda Pitkanen bersambut ... keangotaan menjadi marak sejalan dengan diskusi ... saat itulah menjadi penting membentuk sebuah team kerja yang mengelola Site Komunitas Kawin Campur yang anggotanya tersebar di seluruh dunia ...

Berikut Team Kerja di balik layar monitor komputer yang berusaha mengatur agar komunikasi berjalan lancar, para wanita yang karena cinta tersebar di penjuru dunia ...

    KENAPA ADMIN (terkesan) lambat dalam merespon konflik? (last Update 10.03.2014)

    1. Tim Admin terssebar di berbagai belahan dunia, berzona waktu beda; satu melek satunya merem, satu lagi sempat satunya lagi ngga karena berbagai urusan pribadi dan utama masing2 (kerja, studi, keluarga, dsb), sama seperti anda semua kawan2 di KKC..
     Jangan lupakan bahwa Administrator juga memiliki kesibukan sama seperti anda, tidak mungkin kami bisa 24 jam/hari menunggui wall grup.

    2. KENAPA ADMIN tidak menindak tegas dan (terkesan) membela anggota2 yang di anggap banyak orang sebagai ‘rusuh’ dan ‘bermasalah’?
     Karena kami kedepankan prinsip: tiap orang tak terkecuali bisa berbuat salah,  bodoh, bahkan jahat sekalipun. Kami percaya tindakan tegas langsung kadang tidak ngebantu orang itu berubah di tempat lain. Kami percaya tiap kita bisa pintar di satu area, tapi bisa ceroboh, dangkal dan alpa di area lain, karena itu kami beri kesempatan untuk memperbaiki diri. Jika kesempatan kedua ini tidak dimanfaatkan dengan baik, baru tindakan tegas akan dilakukan, yang hanya akan diputuskan setelah melalui pertimbangan matang dan obyektif, tanpa tekanan atau ancaman dari pihak manapun. 

    3. KENAPA ADMIN (terkesan) lemah dalam gunain hak prerogatif nya?
    Lemah dan kuat dalam mengelola sekelompok orang tergantung sudut pandang yang dipakai. 
    Kami ingin anggota nunjukkin keragaman pendapat dan pandangan seluas mungkin. Ngga jarang kok kami harus mendepak keluar anggota, bahkan tanpa anggota lain ‘ngeh.
    Gaya yang ingin kami biasakan dlm melihat anda semua para anggota adalah gaya berpikir dewasa, terbuka, luas, besar dan rendah hati. Gaya berpikir bersih dengan kepala dingin, dan hati sejuk. Karena kami percaya anda mampu, kalau anda mau!
    Persoalannya apakah anda mau dan mampu? Silahkan jawab masing-masing.

    Berbagai konflik yang ada di berbagai posting itu dinamika grup yang perlu dilihat dengan bijak, itu hanya sebagian kecil dari proses panjang misi KKC. 
    Bicara konflik, konflik itu ibarat lampiran dari paket kebersamaan. Lebih dari 1 orang kumpul, potensi konflik pasti ada. Konflik itu untuk di selesaikan oleh pemiliknya. Bukan untuk di sebar kemana2 dan akhirnya menuding pihak lain sebagai penanggung jawab. 
    Konflik antar anggota yang nongol di permukaan grup KKC maupun grup lainnya, ngga berarti menggeserkan misi grup. Jangan sampai "Rusak susu sebelanga karena nila setitik", konflik itu nilanya, susu sebelanga itu keseluruhan isi posting grup dari awal hingga akhir.          

    Yang terpenting: Para pemilik konfliklah yang paling bertanggung jawab untuk menyelesaikan konfliknya, kewajiban kami hanya menertibkan lalu lintas grup. Selebihnya, silahkan selesaikan sendiri diluar lingkup grup.

    Kenapa “Komunitas Kawin Campur” tapi terima anggota yang bukan pelaku ‘Kawin Campur’? (last Update 10.03.2014)

    Berikut ini beberapa pointers terkait topik dan spirit lahirnya KKC:

    1. Pendapat miring, diskriminatif, bahkan ngga jarang bagi sebagian pelaku kapur terasa seperti ‘ngga pake perasaan!’’ di masyarakat Indonesia bahkan kadang dari keluarga  sendiri. Tudingan perempuan nakal, banyak duit, pelit, doyan seks, pindah agama cuma buat kawin, dsb...Kalau ngga pernah mengalami itu semua bersyukurlah, tapi kalau pernah ya dengan berbagi dalam grup2 jadi tahu kita ngga sendirian :)

    2. Organisasi formal maupun non formal tentang kawin campur ada banyak sekali dengan keanggotaan rata-rata eksklusif. Jika karena alasan tertentu kita pingin ngumpul di organisasi yg anggotanya hanya pelaku kapur, maka KKC bukan opsi terbaik. Perkumpulan yg jenis keanggotaannya eksklusif (please note 'eksklusif’ ngga harus berkonotasi negatif) punya KEKUATAN dan KELEMAHAN sendiri, MAKSUD dan TUJUAN sendiri, begitu juga dengan perkumpulan yang terbuka.
    KKC sejak dibuat memilih untuk SEMI INKLUSIF karena poin 1 & 2 diatas. Lebih jelasnya, berbagai anggapan yang kurang fair terhadap pelaku kapur itu lebih banyak karena ada ketimpangan informasi ttg para pelaku kapur dan dunia/kehidupan keluarga campuran dalam masyarakat. Tak kenal maka tak sayang.

    Dari situlah rasanya perlu ada satu wadah dimana PELAKU KAPUR dan NON-KAPUR NONGKRONG BARENG. Yang pelaku kapur bs ngeluarin uneg2, persoalan dan tantangan seputar kehidupan ber-kapur secara positif...Yang non-kapur bisa dapat gambaran lebih baik tentang wajah utuh dan dunia kapur.

    HARAPANNYA, dari situ saudara2 kita yang ngga tadinya ngga ngerti jadi paham, yg tadinya miring dan ngga fair ke pelaku kapur jadi lebih positif dan suportif. Harapannya lagi, pengetahuan itu menular ke saudara2 kita yg lain, sehingga masyarakat bisa lebih dewasa lagi melihat fenomena perkawinan. Itu harapannya lho...gimanapun hasilnya saya percaya ngga ngilangin usaha dan niat baik, no? 

    3. Keterbukan kita tentu tetap memakai batasan tertentu demi ketertiban dan kedamaian grup.
    Screening diperlukan demi mencegah maraknya cowok/cewek ABG yg nganggap bisa nyari tante girang ato partner seks disini (anda boleh ketawa ato jengah dengernya tp admin saat ronda tau cukup sering dapat request dari cowok/cewek yg isi page-nya seputar paha dada perempuan, dan isi ‘likes’ nya seputar seks dengan kata2 jorok!). Yang udah masuk krn keliatan ‘anak manis’ tapi lalu buat onar di wall toh masih bisa dikeluarkan.

    4. Non-pelaku kapur WNI, laki-perempuan, single-janda-duda, sepanjang punya dan nyatakan niat baik untuk memahami kehidupan/dunia kapur dengan positif, kami buka pintu. Terpenting, mampu berlaku baik juga selama berinteraksi dlm grup. 

    Aturan Dasar Diskusi (last update: 10.03.2014)

    NOTE: (translation will be available on request)

    Examples of Widely Used Ground Rules

    Ground rules should be developed and adapted for every unique context. Appropriate ground rules may depend partially on age, region, and other contextual factors. The following list of common ground rules from equity, diversity, and social justice related classes and workshops should serve only as a starting point for your process of creating a similar list suitable to your own situation:
    1. Listen actively and respectfully -- respect others when they are talking.
    2. Speak from your own experience instead of generalizing ("I" instead of "they," "we," and "you").
    3. Do not be afraid to respectfully challenge one another by asking questions, but refrain from personal attacks -- focus on ideas/topics.
    4. Participate to the fullest of your ability -- community growth depends on the inclusion of every individual voice.
    5. Instead of invalidating somebody else's story with your own spin on her or his experience, share your own story and experience. But please keep remember: "You're only suppose to tell about your own thoughts, but NOT to tell others what to do. Respect other's free choice of life. You don't live their life, everybody is responsible for their own decision."
    6. The goal is not to agree -- it is to gain a deeper understanding.  Remind people that it is our commonalities that connect us, but it is our differences that teach us. Nudge people to genuinely consider the possibility of learning something, but that in any event, if they want to be heard it’s in their best interest to listen, too.
    7. Be conscious of body language and nonverbal responses -- they can be as disrespectful as words.

      The discussion stays in the room. What is shared in the room, stays in the room. Agree that people can speak for themselves outside the room, but they will not presume to speak for others. 

    THE DIFFERENCE BETWEEN DEBATE AND DIALOGUE:

    Debate: Differences compete in a win/lose fashion· Driven by individual interest/advocacy· Exploits weaknesses· Designed to increase separation, to distinguish agendas

    Dialogue: Seeks out underlying meaning/principles ·
    Supports strengths· Builds community· Embraces differences while highlighting our commonalities

    Sumber: http://uhs.berkeley.edu/home/news/pdf/groupdiscussion.pdf
                  http://www.edchange.org/multicultural/activities/groundrules.html